Selasa, 13 Oktober 2015

Celengan Beny

Beny sedang cemberut sejak tadi pagi sampai sore. Ibu bingung di buatnya, semua cara telah dicoba ibu untuk membujuknya. Namun Beny malah mogok makan.
Ibu    : “Beny, makanlah, nanti kamu sakit,” Beny : “biar saja! Beny lagi kesal!, ayah dan ibu kok 
             gak sayang Beny sih ?”
Ibu    : “Tidak sayang ???” (ibu terkejut)
Beny : “Kenapa Kak Deny saja yang di belikan sepeda?”
Ibu    : “Oh, gara-gara itu….” (tersenyum paham). Beny, kemarin kak deny ikut ayah membeli
             sepeda. Ayah memang hanya membeli satu sepeda tetapi maksud ayah sepeda itu bisa
             dipakai Beny dan Kak Deny, buktinya ayah membeli sepeda yang ada boncengannya.”
Beny hanyanya terdiam tidak menerimanya, ibu pun keluar dari kamar beny dan ayah baru saja pulang bekerja).
Ibu    : “Yah, Beny masih marah karena tidak di belikan sepeda,” Ayah : “oh ya?” Ibu : “iya, dia
              cemberut terus , bahkan enggak mau makan.”
Ayah : “sampai begitu ?” (mengerutkan kening). Apa ibu tidak menjelaskan kepada Beny, kalau uang
             Ayah tidak cukup untuk membelikan dua sepeda ?”
 Ibu    : “Sudah Yah, tapi katanya dia merasa tidak disayang.”
Ayah terdiam sejenak dan mengajak ibu berunding. Ketika jam menunjukan pukul 8 ayah dan ibu mencoba masuk ke kamar Beny.
Ayah : “Ben, ayo bangun. Mau beli sepeda enggak ?”
Beny diam pura2 tidak mendengar.
Ayah : “kamu masih marah pada ayah ya? Coba deh kamu ingat kejadian kemarin. waktu ayah mau pergi ke toko sepeda, kamu sedang main layangan di lapangan ibu memanggilmu, tapi kamu tidak mau pulang. Yasudah ayah pergi berdua saja dengan Deny!”
Beny tetap diam , ayah dan ibu tetap berpandangan
Ayah : “Ben, sepeda itu buat kalian berdua. Buktinya ada boncengannya kan?”
Ibu    : “kalian bisa naik sepeda berdua ke sekolah, ke alun-alun, kerumah teman, atau ke toko buku.”
Beny : “kalau tujuannya berbeda bagaimana ?” (dengan kesal)
Ayah : “Maksud Beny?”
Beny : “Misalnya Kak Deny ingin ke rumah temannya, tapi Beny ingin ke rumah teman Beny,
             bagaimana ?
Ayah : “Oo, gampang. Kamu di antar sama Kak Deny dulu ke rumah temanmu.”
Beny : “Enggak mau, berarti Beny tidak bisa main sepeda bareng teman dong,”
Ayah : “Oo, kamu yang antar Kak Deny ke rumah temannya.”
Beny : “Kak Deny dong yang tidak bisa kemana-mana. Repot Yah,”
Ibu    : “Lalu, Beny maunya bagaimana ?”
Beny : “Beny juga di belikan sepeda biar enggak rebutan.”
Ayah : “Beny, gaji ayah kan tidak besar. Itu dipakai untuk keperluan sehari hari, dan lainnya. Uang
             yang dipakai untuk beli sepeda itu bukan uang ayah semua lo! Itu uang tabungan Kak Deny.
             Ayah hanya menambah sedikit. Kak Deny itu hemat, dia jarang jajan dan beli mainan.
             Uangnya ditabung dan jumlahnya sudah banyak,”
Ibu    : “Kalau kamu punya tabungan ayah mau kok menambahinya.iya kan yah ? (sindir ibu sambil
             melirik ayah)
Beny : “Beny tidak pernah menabung yah, bu”
Ibu    : “Ya sudah! Mulai sekarang, sisihkan uang sakumu. Bulan depan pasti ayah mau
             menambahkan untuk beli sepedamu,” (sambil membelai kepala Beny).
Beny : “Bener Yah?” (Beny mulai tersenyum dan Ayah hanya mengangguk sambil menyentil
             hidung   Beny)
Beny : “Besok beli celengan dulu yah. Mana uangnya?” (menadahkan telapak tangan)
Ayah : “uh kamu, memang pintar merayu ayah.”
Beny tertawa geli dan akhirnya Beny mau menabung untuk membeli sepedanya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar